Anak adalah aset, harapan di masa depan karena merekalah pewaris tongkat estafet perjuangan. Apalagi bagi seorang muslim, anak adalah tabungan kebaikan dunia dan akhirat. Anak- anak ibarat mutiara yang Allah titipkan kepada para orang tua di bumi, dan kelak orang tua akan dimintai pertanggunjawaban terhadap titipan yang diamanahkan kepadanya.
Generasi yang berkualitas adalah generasi yang memiliki keimanan yang kuat, memiliki kepribadian Islam (Syakhsiyah Islamiyah), berjiwa pemimpin sehingga mampu mempengaruhi dan melakukan perubahan di lingkungannya. Hal mendasar yang mempengaruhi kualitas sebuah generasi adalah pemikirannya, karena pemikiran yang mempengaruhi pemahaman, dan pemahaman yang akan mempengaruhi perilakunya.
Pemikiran yang cemerlang (Fikrul Mustanir) akan mengantarkan para pemuda menjadi generasi yang unggul dan tangguh, yang bisa mengantarkan sebuah peradapan pada masa keemasan. Lalu, siapa yang bertanggungjawab untuk menyiapkan generasi yang tangguh? di dalam Islam tugas menyiapkan generasi yang unggul adalah sinergi dari keluarga, masyarakat, dan negara.
Keluarga merupakan wadah pertama dan pilar utama yang memberikan kontribusi yang besar dalam mendidik generasi. Lingkungan pertama bagi anak-anak untuk belajar berperilaku (akhlakul karimah), belajar tentang hidup dan kehidupan. Keluarga yang kuat, religius , berkarakter akan menjadi pondasi yang kokoh bagi perkembangan generasi muda.
Orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya , seperti yang tersebut dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Al-Hakim, Nabi Saw bersabda ‘’Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik” (HR. Al Hakim: 7679).
Orang tua harus menjadi mentor yang terbaik untuk anak-anaknya, memberikan keteladan dalam mengarungi kehidupan, membiasakan hidup dalam suasana takwa (mengenalkan siapa Allah dan mengapa harus taat pada-Nya )sehingga memunculkan aqidah yang kuat, selalu berinteraksi dengan alquran (murojaah), penuh kejujuran, bersikap amanah, mencintai ilmu, suka bekerja keras serta membiasakan makanan halal dan tayib.
Peran masyarakat pun tidak kalah penting dalam mempengaruhi kepribadian anak, karena anak tidak akan lepas dari interaksi dengan lingkungan, baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah. Pendidikan dalam masyarakat pun tidak kalah penting, karena sejatinya masyarakat adalah sekumpulan individu yang di pengaruhi oleh perasaan, pemikiran, serta aturan yang mengikat di antara mereka. Proses pendidikan dalam masyarakat terjadi melalui interaksi yang bernuansa amar maruf nahyi mungkar, sehingga akan saling mengontrol satu sama lain.
Yang ketiga adalah peran negara, sebagai pelayan dan penjaga keluarga, negara memiliki peran sentral dalam menjaga dan melindungi generasi muda mulai dari paparan pornografi, narkoba, miras, dan berbagai perilaku menyimpang lainnya. Negara yang memiliki otoritas untuk menyediakan dana, sarana prasarana yang memadai serta SDM yang bermutu, kurikulum yang bersinergi dengan pendidikan orang tua di rumah, memblokir konten- konten yang bisa merusak akidah dan keyakinan, serta menyaring konten- konten yang di tayangkan di media elektronik.
Hal ini seperti yang pernah di lakukan oleh para khalifah dimana negara menyediakan pendidikan secara cuma- cuma bagi seluruh rakyat. Rosulullah juga pernah membebaskan para tawanan perang badar dengan syarat para tawanan mengajarkan baca tulis kepada 10 orang penduduk Madinah.
Islam adalah agama yang memiliki seperangkat aturan untuk mengatur kehidupan umat manusia, terbukti mampu mengabungkan tiga pilar tersebut (keluarga, masyarakat, negara) untuk mewujudkan generasi yang unggul dan cemerlang, generasi terbaik pewaris peradaban. Wallahu a’ lam biashowab.
Dimuat
0 Komentar