KTI Bisa Diubah Menjadi Buku?

 


Resume pertemuan keempat, pemateri Bllapak Eko Daryono, S.Pd.


Oleh Sri Purwanti, A.Md.K.L.


Ruang inspirasi bunda--Pertemuan keempat KBMN 28 membahas tentang menulis buku dari karya ilmiah yang disampaikan oleh narasumber bapak Eko Daryono, S.Pd.


Pertemuan kali akan mengupas tuntas bagaimana cara menulis buku dari karya ilmiah yang sudah ada.

 

Mr. Yons sapaan akrabnya merupakan sosok guru yang bersahaja. Selain berprofesi sebagai tenaga pendidik beliau juga seorang penulis, dan narasumber. Mr. Yons memiliki prestasi yang luar biasa.


Beliau mengawali forum dengan menyampaikan pengertian sesuai Peraturan Kepala LIPI Nomor 2, Tahun 2014 yaitu tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah. Secara umum KTI ada dua yaitu KTI Nonbuku dan KTI Buku.


KTI nonbuku terdiri dari:


1. KTI bidang akademis untuk mendapatkan gelar seperti tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi.


2. KTI hasil penelitian meliputi PTK, PTS, best practice, makalah, artikel, jurnal.


3. KTI yang berupa ulasan atau resensi.


Sementara itu KTI buku dibagi menjadi tiga yaitu:


1.Buku bahan ajar meliputi diktat, modul, buku ajar, buku referensi.


2. Buku pengayaan meliputi monografi, buku teks, buku pegangan, buku panduan.


3. Buku kompilasi  meliputi bunga rampai, dan prosiding.


Jika kita lihat tidak semua KTI itu berupa buku. Memang secara fisik baik PTK, PTS, Tugas Akhir, skripsi, tesis, desertasi itu berupa buku, namun bukan buku (tidak termasuk kategori buku).  Lebih tepatnya adalah laporan hasil penelitian dan sifat publikasinya pun terbatas.


Mr. Yons juga memaparkan struktur penulisan KTI umumnya memiliki struktur yang dijadikan sebagai standar dalam menyusun bab dalam KTI. 


Beliau memberikan contoh konversi PTK yang beliau buat. Mr.Yons mengubah pendahuluan dengan *FENOMENA PEMBELAJARAN TIK* yang berisi mengenai fenomena sebagaimana isi poin latar belakang dalam naskah laporan aslinya ditambah dengan fenomena kekinian agar pentingnya isi buku dapat ditonjolkan sejak awal sehingga pembaca merasa tertarik untuk membaca keseluruhan isi buku.


Sementara itu secara struktur, tidak diperlukan lagi sub bab - sub bab seperti latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat dalam bentuk angka-angka. Fokusnya lebih mengeksplor latar belakang. Selanjutnya beliau melakukan modifikasi pada Bab II

Modifikasi Bab II. Susunan bab dan sub bab diubah dalam gaya penulisan buku sehingga menjadi beberapa bab.


Selanjutnya masuk substansi bab 3 yang sebenarnya lebih terfokus pada metode, teknik pengumpulan data (instrumen) serta analisis data. Jika berupa PTK berisi langkah-langkah tindakannya


Beliau menyampaikan, ada beberapa alternatif yang dapat diterapkan. Bisa benar-benar menghilangkan bab III, menginclude bab 3 di bab 2 atau menarasikan bab 3 di awal bab pembahasan.

Menghilangkan bab 3 maksudnya keseluruhan isi bab 3 dihilangkan, sebab bunyi bab 3 sebenarnya bisa dicermati dari isi pembahasannya.


Menginclude bab 3 di bab 2 maksudnya konsep pokok terpenting dari bab 3 digabung dalam bab 2.

Beliau memberikan contoh langkah-langkah tindakannya ketika include di Bab V dengan sub 


Tahapan Penerapan Every One is Teacher Here Menggunakan Model Tindakan Kelas.

Menarasikan bab 3 di awal bab pembahasan, maksudnya menyampaikan substansi isi bab 3 sebagai awal pembahasan. Namun narasi tersebut butuh kehati-hatian. Jika untuk kepentingan kenaikan pangkat bagi guru ASN, maka narasi tersebut perlu dipertimbangkan untuk dicantumkan.


Mr.Yons memaparkan, butuh ekstra di bagian Bab III. Sehingga memang membutuhkan mentoring untuk editingnya.


Selanjutnya modifikasi Bab IV. Bagian ini sejatinya merupakan bagian inti isi buku, sesuai dengan judul buku. Bab IV tidak lagi menggunakan judul Hasil Penelitian dan Pembahasan, namun disesuaikan dengan konteks buku. Judul buku menjadi pilihan sebagai judul Bab IV.


Dalam contoh yang beliau berikan, Bab VI STRATEGI TIM QUIZ DALAM PEMBELAJARAN TIK, pada buku bab IV dapat dimasukkan tabel, grafik, foto-foto kegiatan maupun hasil penelitian yang menyatu dalam buku. Bab IV tidak lagi berisi data mentah seperti nilai dari setiap siswa berikut namanya. Foto pun hanya sekadar yang dibutuhkan sebagai pendukung.


Beliau mencontohkan, ketika pernah mengedit buku hasil lomba Dharma Wanita SMK se Provinsi Jawa Timur. Foto-fotonya full karena memang berisi cara membuat kerajinan, makanan


Tahapan selanjutnya, modifikasi Bab V. Pada laporan hasil penelitian, bab V biasanya diberi judul "Penutup". Judul tersebut dapat dipertahankan. Hanya saja, isi bab tidak hanya simpulan dan rekomendasi (saran) saja, namun ditambahkan temuan yang terkait dengan hasil penelitian.

Lampiran yang disertakan hanyalah instrument penelitian atau data matang yang mendukung, bukan data-data mentah.


Mr.  Yons menyampaikan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat mengkonversi KTI menjadi buku.

Pertama, keaslian laporan hasil penelitian. Tindakan plagiat tidak dibenarkan terlebih karya seperti PTK kadang tidak dicek keasliannya. Namun saat diterbitkan jadi buku, maka penulis harus yakin betul bahwa karya yang akan diterbitkan memang oroginal punya penulis sendiri. Kalau karya seperti skripsi, tesis apalagi desertasi akan langsung ketahuan jika plagiat karena sudah ada generate machine untuk pengecekannya.


Kedua, menghindari kompilasi yang terlalu banyak.

Kita bisa include saja pendapat pada ahli yang mendukung substansi ini, sisanya mengembangkan dengan analisis dari sudut pandang penulis.

Mengapa demikian? saat penulis menerbitkan buku dari hasil KTI-nya sedang otomatis dia sedang menyuguhkan bahan pustaka kepada pembaca. Kegiatan sekadar meng-copas pendapat asli para pakar perlu dihindari dengan mengubah gaya penulisan kutipan. Ketiga memilah dan memilih data yang dipublikasikan. Data matang saja yang disajikan agar buku berbobot dan tidak bombastis.


Keempat, modifikasi bahasa buku. Hindari pemakaian penanda transisi menurut, hal itu sesuai dengan pendapat, lebih lanjut si A menyatakan, berdasarkan hal tersebut. Termasuk menyebutkan kata penelitian ini, peneliti, bahkan penulis.


Kelima, menhindari pengambilan sumber kutipan berantai atau pendapat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.


Keenam, wajib menuliskan semua daftar pustaka yang dipakai sebagai rujukan dalam buku untuk mendukung keabsahan buku.


Ketujuh, memperhatikan kaidah penyusunan buku ber-ISBN khususnya jika akan dinilaikan untuk KP sesuai Buku 4 PKB.


Sumber Asli

Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun 2014 menyatakan bahwa:

“Karya tulis ilmiah yang selanjutnya disingkat KTI adalah tulisan hasil litbang dan/atau

tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh

perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah.


Modifikasi

“Karya tulis ilmiah merupakan tulisan perseorangan atau kelompok dari hasil penelitian dan pengembangan, tinjauan, ulasan, kajian, dan pemikiran sistematis yang yang memenuhi kaidah ilmiah (Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun 2014).


Tentu akan ada perbedaan ketika kita menulis dari awal dengan mengkonversi suatu karya tulis dan tentu dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Berat namun sangat menantang dan mengundang rasa ingin tahu serta ingin segera mulai beraksi. 


Mr.Yons memberikan quote pembakar semangat “Menulis itu olah kata dengan rasa, karena menulis seperti berbicara dan teman bicaranya adalah hati.”


Hal ini tentu menjadi cambuk bagi diri saya agar semakin semangat berkarya. Menulis sebanyak mungkin agar bisa meninggalkan jejak untuk peradaban.


Posting Komentar

1 Komentar