Resume materi pertemuan kesepuluh
Oleh Sri Purwanti, Amd.K.L.
Ruanginspirasibunda-Begitu cepat waktu berlalu, tak menyangka ternyata pelatihan bersama KBMN PGRI batch 28 sudah sampai materi kesepuluh.
Malam ini belajar bersama Pak Sudomo, S.Pt. atau yang biasa disapa Mazmo. Beliau merupakan seorang penulis, dan Ketua Komunitas Guru Penggerak Lombok Baratakan membawakan materi tentang kiat menulis fiksi. Pertemuan kali ini dipandu oleh Pak Bambang Purwanto, S.Kom., Gr. atau yang biasa disapa Mr. Bams.
Mazmo berbagi kiat menulis cerita fiksi dengan menggunakan alur MERDEKA, yaitu Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, dan Aksi Nyata.
1. Mulai dari Diri.
Pada tahap ini, Mazmo ingin para peserta pelatihan bisa berbagi tentang pengalaman dalam menulis cerita fiksi. Bisa mengirimkan cerita singkat terkait pengalaman, baik pengalaman mengalami kendala memulai menulis cerita fiksi, atau tantangan yang dihadapi saat menulis cerita fiksi. Bahkan bisa juga pengalaman ketika menerbitkan buku fiksi.
2. Eksplorasi Konsep.
Pada alur ini, peserta dipersilakan mempelajari secara mandiri materi yang telah disiapkan dalam bentuk cerita pendek. Peserta bisa membaca dan membuat catatan/pertanyaan terkait materi yang ingin digali lebih dalam lagi. Bisa dilihat pada tautan ini https://s.id/MateriSudomo.
Garis besar materi cerpen tersebut adalah alasan mengapa harus menulis cerita fiksi, syarat bisa menulis cerita fiksi, bentuk-bentuk cerita fiksi, unsur-unsur pembangun cerita fiksi, dan tips menulis cerita fiksi.
Mazmo menyampaikan beberapa poin penting terkait jenis fiksi meliputi fiksimini dan flash fiction.
Fiksimini adalah fiksi singkat yang hanya terdiri dari beberapa kata saja. Berikut adalah contoh fiksimini yang terkenal For sale: baby shoes, never worn. Jika diperhatikan, secuil kalimat itu memiliki maknanya luas dan dalam.
Flash fiction, yaitu cerita kilat dengan kekhususan jumlah kata. Biasanya mengandung plot twist.
Selanjutnya beliau menyampaikan unsur pembangun cerita fiksi yang perlu ditambahkan adalah premis atau ringkasan cerita dalam satu kalimat. Contoh premis: Seorang anak yang berjuang melawan penyihir jahat demi kedamaian dunia. Itu adalah premis dari novel Harry Potter.
Kekuatan premis mampu menggambarkan novel yang tebal hanya dalam satu kalimat saja. Premis mengandung unsur, yaitu tokoh, tantangan, tujuan tokoh, dan resolusi.
3. Ruang Kolaborasi. Pada tahap ini Mazmo memberikan beberapa kalimat, dan peserta dipersilakan melanjutkan sendiri menjadi satu paragraf nanti di dalam resume.
4. Demonstrasi Kontekstual. Pada alur ini peserta diminta menuliskan lima tema yang paling disukai dan dikuasai. Para peserta boleh menuliskannya di notes HP atau docs.
5. Elaborasi Pemahaman. Tahap ini merupakan sesi tanya jawab terkait materi terutama menyangkut hal-hal yang ingin diperdalam lagi.
Salah satu pertanyaan yang muncul adalah tentang cara membuat outline.
Mazmo menjelaskan outline meliputi :
* Kerangka disusun berdasarkan unsur-unsur pembangun cerita fiksi
*Menentukan tema agar pembaca mengerti lingkup cerita fiksi kita
*Membuat premis sesuai tema
* Menentukan uraian alur/plot berdasarkan unsur-unsurnya
*Menentukan penokohan kuat berdasarkan jenis dan teknik penggambaran watak tokoh dengan baik
*Menentukan latar/setting dengan menunjukkan sisi eksotis dan detail
*Memilih sudut pandang penceritaan yang unik.
Beliau memaparkan beberapa tips menulis cerita fiksi, yaitu menumbuhkan niat, menentukan ide dan genre yang disukai dan kuasai, membaca karya fiksi orang lain, membuat kerangka, dan mulailah menulis kemudian menyelesaikannya.
Agar sebuah cerita menjadi cerita fiksi, bisa ditambahi bumbu penyedap. Jadi kisah nyata menjadi dasar menulis saja. Selanjutnya dikembangkan agar lebih menarik lagi sesuai dengan imajinasi penulisnya.
Ada beberapa kiat mudah membangun alur atau plot cerita fiksi. Pertama mentunkan jenis alur/plot yang ingin digunakan. Kedua, memahami unsur-unsur alur/plot yang meliputi Pengenalan cerita, meliput awal konflik, menuju konflik, konflik memuncak/klimaks, Penyelesaian/ending.
Ada beberapa cara menulis fiksi berangkat dari cerita nyata.
Pertama, tambahkan bumbu berupa konflik, hambatan/tantangan yang dihadapi tokoh, dan ending yang menyentuh.
Kedua, memberikan penjelasan selangkah demi selangkah terkait detail karakter, sifat, watak dengan metode show don't tell. Kemudian gambarkan tokoh melalui gaya bahasa, lingkungan tokoh, perilaku
Ketiga, menjaga netralitas penulis. Misalnya memakai POV 1, maka tidak boleh baper. Tetap menempatkan diri sebagai penulis, bukan tokoh.
6. Koneksi Antarmateri. Pada alur belajar ini, peserta dipersilakan menuliskan kesimpulan dari materi belajar pada pertemuan kali ini. Kesimpulan belajar dituliskan di resume yang dibuat peserta.
7. Aksi Nyata. Alur belajar ini terkait dengan penerapan materi dalam bentuk tulisan, yaitu resume hasil belajar. Peserta dipersilakan membuat resume hasil belajar di blog masing-masing. Bentuk resume bebas.
Menulis cerita fiksi ternyata tidak sesulit yang saya bayangkan. Kuncinya adalah memahami semua hal yang berkaitan dengan genre fiksi. Tentu bukan sekadar teori tapi diterapkan dengan cara praktik menulis karya fiksi, sehingga kita bisa memahami bagian mana yang perlu dipelajari lebih dalam lagi.
Saatnya melemaskan jemari dengan membuat karya fiksi. Menyajikan sebuah ide dalam cerita yang bisa menggugah perasaan pembaca. Harapannya ide yang kita bawa lebih mudah diterima, karena penyampaian menggunakan tehnik bercerita yang tidak bertele-tele.
Semangat berkarya, semangat merangkai kata.
2 Komentar
Tulisan fiksi lebih mudah dan enak dibaca, apalagi ketika penulis mampu membawa pembacanya dalam tulisan yang dituangkan
BalasHapusTernyata membuat cerita fiksi tdk semudah yg kubayangkan 😅
BalasHapus