Resume pertemuan ke-15
Oleh Sri Purwanti, A. Md. K. L.
Motivation is what gets you started. Habit is what keeps you going.” (Jim Ryun)
Sebuah et menarik yang membakar semangat untuk terus konsisten melakukan hal-hal baik sehingga bisa terbentuk habits.
Salah satu contohnya adalah kebiasaan untuk menulis secara konsisten setiap hari.
Tak terasa kegiatan belajar bersama KBMN PGRI batch 28 sudah sampai pada pertemuan ke-15.
Tema pada pertemuan kali ini langkah menyusun buku secara sistematis. Pak Yulius Roma Patandean, S. Pd. selaku narasumber didampingi Ibu Arofiah Afifi, S. Pd. selaku moderator.
Bapak Yulius Roma Patandean menyampaikan sebuah quote bahwa menulis adalah sesuatu yang unik ketika baru dimulai, apalagi kalau belum terbiasa. Namun, ternyata jika senantiasa dikunyah layaknya kripik singkong, maka menulis adalah sesuatu yang membuat ketagihan dan akan selalu dirindukan.
Jadi aktivitas menulis memang harus dilakukan setiap hari sehingga kita menjadi terbiasa. Pak Yulius menyampaikan bahwa, semua hal bisa jadi bahan tulisan. Apa yang dilihat, dirasakan, dibayangkan dan bahkan dialami bisa dituliskan. Jika khawatir ide yang muncul akan mudah hilang, kita bisa menuliskan ide melalui blog. Baik blog pribadi, maupun blog Kompasiana.
Beliau bercerita buku pertama yang diterbitkan adalah buku solo berjudul "Guru Menulis Guru Berkarya". Kontennya adalah materi-materi yang disampaikan para narasumber di Grup WA. Beberapa pertemuan di grup belajar menulis, akhirnya beliau bketemu dengan tokoh pendidikan dan teknologi yang membuka wawasan saya tentang menulis, yaitu Prof. Richardus Eko Indrajit yang dalam materinya, beliau menantang peserta untuk menulis dalam waktu satu minggu.
Pak Yulius memaparkan, tentang proses penyusunan dan pengeditan naskah buku tersebut? Semua buku yang beliau tulis, penyusunan dan pengeditannya ternyata beliau pelajari secara otodidak.
Beliau menggunakan versi gratis tanpa aplikasi tambahan yang ada pada Ms Word. Padahal ada aplikasi yang bisa digunakan agar tulisan naskah buku itu bisa "sistematis". Ada Zotero dan Mendeley yang populer di kalangan mahasiswa dan akademisi.
Kita bisa membuat settingan Judul, Bab hingga menyisipkan sumber tulisan menggunakan fasilitas yang ada di Ms Word.
Sebenarnya menulis, menyusun dan mengedit naskah buku tidak bisa menjadi ala bisa karena biasa semata tanpa ada percobaan.
Dengan mencoba, maka akan timbul rasa penasaran untuk menjalaninya. Ada pahit, manis, asam, asin, kecewa dan bahagia kala mencoba.
Percobaan akan mendorong kita untuk berbuat lebih untuk menjawab rasa penasaran. Namun ada yang menjadi pertanyaan, apakah sekadar selesai mencoba atau mau melanjutkan?
Jika hendak melanjutkan, maka lakukan dengan segera (tidak membiasakan menunda).
Menulis membutuhkan dorongan yang lebih. Tidak hanya dorongan untuk membuat tulisan, tetapi yang lebih utama adalah niat menghilangkan rasa penasaran di pikiran.
Menulis harus menjadi sebuah budaya. Maka budayakan bersama- bersama dengan praktik menyusun dan mengedit naskah. Budaya menulis yang baik adalah ketika kita menjadi konsisten dalam mempraktikkannya. Menghasilkan sebuah karya tulisan sederhana tidak bisa tercapai dengan maksimal jika didorong oleh paksaan. Membudayakan menulis adalah proses menuju karya.
https://youtu.be/eePQwyHAcjw
Langkah pamungkas (terakhir,) dalam teori menulis, menyusun dan mengedit naskah.
Termasuk memahami sistematika penyusunan buku. Dari pembuatan cover hingga halaman sinopsis.
Nah bagaimana sistematika dalam menyusun sebuah buku, berikut ada tutorial bagaimana cara menyusun buku secara sistematis.
Bagaimana, sudah lihat tutorialnya, sobat hebat? Selanjutnya tinggal dipraktikkan.
Bapak Yulius memberikan kiat-kiat agar produktif menulis. Hal itu meliputi:
1. "COBAlah" Menulis, menyusun dan mengedit naskah buku tidak bisa menjadi ala bisa, karena biasa semata tanpa ada per "COBA" an. Dengan mencoba, maka akan timbul rasa penasaran untuk menjalaninya. Ada pahit, manis, asam, asin, kecewa dan bahagia kala mencoba.
Percobaan akan mendorong orang hebat untuk berbuat lebih untuk menjawab rasa penasaran.
Pertanyaannya, apakah sekadar selesai mencoba atau mau melanjutkan?
2. "LAKUKAN" dengan segera. Praktikkan sekaligus, biarkan mengalir bersama jari jemari . Melakukan proses "lebih" dalam menulis membutuhkan dorongan lebih pula. Tidak hanya dorongan untuk membuat tulisan, yang lebih utama adalah niat menghilangkan rasa penasaran di pikiran.
3. Ketika Menulis harus menjadi sebuah budaya. Maka, "BUDAYAKAN!" bersama dengan praktek menyusun dan mengedit naskah. Menghasilkan sebuah karya tulisan sederhana tidak bisa tercapai dengan maksimal jika didorong oleh paksaan. Membudayakan menulis adalah proses menuju karya.
4. Konsisten adalah langkah pamungkas dalam teori menulis, menyusun dan mengedit naskah yang harus dilakukan. Budaya menulis yang baik adalah ketika kita menjadi konsisten dalam mempraktikkannya.
Materi pada pertemuan kali ini sangat luar biasa. Begitu juga dengan narasumbernya. Semoga semakin semangat berkarya untuk membuat jejak bagi peradaban.
0 Komentar