Memilih Diksi yang Tepat untuk ungkapkan Perasaan secara Tersirat

 


Resume pertemuan ke-18


Ruanginspirasibunda--

Alhamdulillah karena masih diberikan kesehatan dan kesempatan sehingga bisa terus mengikuti proses belajar bersama KBMN PGRI batch 28. Tak terasa sudah sampai pada pertemuan ke-18.


 Pertemuan kali ini ditemani arasumber yang sangat luar biasa yaitu Ibu Maesaroh, M.Pd yang memiliki nama pena Maydearly dengan membawakan materi "Fiksi dan Seni Bahasa"

 

Narasumber adalah pemilik puisi berjudul “Senja Mengukir Cinta”. 

Beliau seorang bloger millenial, motivator, novelis, juga seorang guru muda yang multitalentalis. Karena kepiawaiannya dalam merangkai kata-kata yang indah dan sarat makna beliau mendapatkan julukan "The Queen of Diction",  Ratu Diksi.


Narasumber didampingi oleh Ibu Widya Setiyaningsih, S.Ag. sekalu moderator yang memandu jalannya kelas pada pertemuan kali ini.


Bu Maydearly menjelaskan tentang pengertian diksi yang berasal dari bahasa Latin dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction yang berarti pilihan kata. Pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif, sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.


Diksi adalah pilihan kata dalam tulisan yang biasa digunakan untuk menggambarkan suatu cerita atau memberi makna sesuai dengan keinginan penulis.


Diksi atau pilihan kata  yang digunakan dalam melakukan retorika tidak hanya memperhatikan ketepatan pemakaian kata, tetapi juga harus memperhatikan apakah kata yang dipakai dapat diterima atau tidak.


Diksi begitu penting dalam kajian sebuah bahasa, karena banyak keindahan atas sebuah kata yang tak tereja oleh bibir. 

Diksi seperti pijar bintang di angkasa yang menunjukan dirinya dengan kilauan, memesona, dan tidak membosankan.


Apakah bediksi itu sulit?

Narasumber memaparkan bahwa berdiksi itu mudah. Kota yinhhal menulis apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan, dan apa yang kita dengarkan.


Ini bisa dilakukan dengan melibatkan lima  macam panca indera kita.


1. Sense of Touch adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. Ini dapat digunakan untuk merinci dengan baik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Sangat tepat diaplikasikan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin  atau bisa diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuh, atau tidak dengan menyentuhnya.

Contoh:

Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi


2. Sense of Smell adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.

Contoh:

Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan.


3. Sense of Taste adalah menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah.

Contoh:

Ku kecup rasa pekat secangkir kopi di tangan kananku, sembari ku genggam Hp tangan  kiriku. Telah terkubur dengan bijaksana, dirimu beserta centang biru, diriku bersama centang satu.


4. Sense of Sight adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). 

Kota bisa membuat pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya.  


Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah "detail". Kita bisa menulis apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.

Contoh:

Derit daun pintu mencekik udara ditengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu hanya sebagai lamunan.


5. Sense of hearing adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Kita bisa belajar untuk menangkapnya. Caranya bagaimana? Dengam cara mendengar, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara yang ada. 


Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar. 

Contoh:

Derum kejahatan yang mendekat terasa begitu kencang. Udara hening, tetapi terasa berat oleh jerit keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan, sebuah keputusan yang menghakimiku untuk tak lagi merinduimu.


Nah ternyata menulis diksi itu mudah bukan? Setelah mencoba, kita akan yakin, setelah yakin pasti bisa.

Did you know a true writes is someone that never feeling down. Seberapa sulit hal yang kita hadapi she's never give up. Ia sama sekali tak putus asa, selalu berusaha mencoba dan terus mencoba. 

Seberapa sulit ia menata perasaan nya, she's always create a good idea ia selalu menumbuhkan ide-ide baru.


Namun dalam penerapannya pilihan kata atau diksi harus memperhatikan hal-hal berikut:


1. Membedakan kata denotasi dan konotasi secara cermat 

2. Membedakan kata-kata yang bersinonim dengan cermat 

3. Membedakan kata-kata yang hampir sama dalam ejaannya

4. Mewaspadai penggunaan akhiran asing

5. Menggunakan kata depan harus secara idiomatis

6. Membedakan kata umum dan kata khusus

7. Mempergunakan indra yang menunjukkan persepsi secara khusus

8. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata populer


Seni Bahasa atau Style

Gaya bahasa bermakna cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa.


Seni bahasa atau style dalam retorika dibatasi pada cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pemakai bahasa.


Seni bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur, yaitu kejujuran, sopan-santun, dan menarik. 


Kejujuran, berarti mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. 


Sopan-santun, dalam berbahasa berarti memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara/pembaca. 


Menarik, dapat dilihat dari komponen variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal.


Harapannya dengan mempelajari diksi dan seni bahasa adalah meningkatkan kualitas berbahasa baik lisan maupun tertulis agar menjadi lebih baik. Penulis/penutur harus mampu memilih kata-kata yang tepat maupun menggunakan seni bahasa yang tepat.


Semoga kita bisa memilih diksi yang tepat sehingga bisa menyampaikan isi hati kita dengan cara tersirat.



Salam literasi ✊✊✊

Posting Komentar

0 Komentar