Nak, cintamu begitu sederhana.
Masih segar dalam ingatanku, lima tahun lima bulan usiamu saat itu, ketika adik kembarmu menjadi anggota baru dalam keluarga kita.
Sempat terbesit rasa khawatir dalam hatiku, kalau engkau akan cemburu dengan kehadiran adikmu. Dua bayi mungil yang menyita perhatian orang-orang di sekeliling kita dan membuatmu sedikit terabaikan.
Namun ternyata dugaanku salah, atau mungkin dirimu yang terlalu pandai menyimpan rasa.
Ternyata dirimu begitu dewasa sulungku. Kehadiran dua adikmu engkau sambut dengan penuh cinta, kau rengkuh mereka dengan sepenuh hatimu, kau sayangi mereka tanpa syarat.
Saat kawanmu yang lain berteriak "Aku tidak mau adik, aku tidak suka adik." ternyata sikapmu justru berbeda.
Lima tahun lima bulan usiamu ketika itu. Kasih ummi ingat dengan jelas, tangis histerismu ketika ada orang yang mau meminta untuk ikut mengasuh salah satu adikmu.
"Mba Roya bisa jaga adik! Mba Roya bisa gendong depan belakang!" jawabmu sembari berurai air mata.
Kalimat seorang bocah yang akhirnya memberi inspirasi pada ummi, sehingga bisa mengendong kedua adikmu bersamaan.
Tubuh mungilmu berubah menjadi tameng baja, dan akhirnya kamu bersikap protektif pada setiap orang yang datang berkunjung.
Semua masih tersimpan rapi dalam ingatan ummi.
Begitu pula ketika tangan mungilmu tanpa rasa jijik membersihkan bekas pipis salah satu adikmu, ketika ummi sedang menyusui adikmu yang lain.
"Ummi mimiki adik aja, mb Ya bisa kok." katamu sembari menganti popok adik adik bayi yang masih merah.
Ah...... terlalu banyak utang Ummi padamu sulungku.
Saat usiamu baru 5,5 tahun masih duduk di TK O besar waktu itu, kau memilih berangkat dan pulang sekolah sendiri agar adikmu ada yang menemani.
Kau yakinkan Ummi bahwa semua akan baik-baik saja.
Waktu begitu cepat berlalu Nak, tak terasa seragam TKmu telah berganti merah putih. Dirimu semakin besar namun ternyata cintamu tidak memudar. Kembali kau menohok hati Ummi ketika dirimu menolak naik ojek.
Budhe ojek kebingungan karena tidak menemukanmu di sekolah.
Tak berselang lama dirimu sampai rumah dengan tubuh bersimbah peluh. Tahukah Nak? ummi betul-betul meradang mengingat keselamatanmu. Namun apa jawabmu "Ummi pakai saja uangnya buat beli popok adik, biar Ummi tidak capek mencuci kan adik sebentar-sebentar pipis, Mba Ya kuat kok jalan kaki, badannya juga jadi sehat, ya kan Mi?" tatapan matamu yang penuh bintang kebahagiaan meluluh lantakkan dinding pertahanan ummi. Sehingga bendungan air mata itu jebol dan memuntahkan isinya.
Tidak tahu harus berkata apa. Dua kilo meter pulang-pergi jarak yang harus kau tempuh tiap hari. Tanpa rasa malu kepada kawan-kawanmu, bahkan Abi dan Ummi tak mampu meluluhkanmu, jalan kaki harga mati, prinsipmu.
Setiap pulang sekolah kau tak lupa membawa oleh-oleh untuk seisi rumah. Bunga rumput yang kau petik sepanjang jalan, kadang kau selipkan di kerudung ummi sambil berbisik, "Mba Ya sayang Ummi" membuat dada ummi serasa penuh. Kau susun rangkaian bunga itu di atas tempat tidur kedua adik kembarmu, "Biar adik tahu kalau Mba Ya sayang adik." jawabmu ketika ummi bertanya.
Tak lupa mengecup adikmu satu persatu. Kedua bayi mungil itu mengoceh sambil menatapmu dengan mata berbinar, mungkin mereka berdua merasakan aliran cintamu yang sederhana namun sangat terasa getarannya.
Cintamu sungguh sederhana Nak. Namun begitu bermakna, tak cukup kata-kata untuk menguraikannya.
Jarum jam terasa cepat sekali berputar, hampir delapan tahun usia mu dan adik-adikmu sudah besar sekarang. Kini mereka sudah bisa berlari-lari mengikuti, kemana pun kamu pergi. Ternyata cintamu tidak berubah, sayangmu semakin bertambah. Kadang ketika senja hampir menjelang dan Ummi masih sibuk dengan hitungan matematika dan fisika, kau giring adik-adikmu ke kamar mandi.
Jemari mungilmu dengan telaten menyiramkan air dan menyabuni kedua tubuh mungil yang mulai banyak tingkah. Kadang tawa kalian terdengar begitu merdu, menembus dalam relung kalbu Ummi, seindah alunan musik klasik. Begitu menentramkan.
"Tdak bagus mandi terlalu sore," jawabmu ketika Ummi menegur.
Padahal Ummi ingin sekali mengatakan kalau adik-adikmu pasti akan mandi ulang karena mereka akan bergulat dengan pasir lagi. Namun kata-kata itu berhenti di tenggorokan.
"Ah sudah lah abaikan." bisik hati ummi, karena melihat dirimu yang sedang menunjukkan perhatian.
Cintamu begitu sederhana Nak, setiap hari kau selalu menyisihkan uang sakumu untuk membeli dua bungkus biskuit kesukaan twins, yang selalu setia menantimu di depan pintu. "Biar adik senang, Mba Ya juga senang kalau dibawakan oleh-oleh Abi dan Ummi" jawabmu ketika ummi bertanya, tak lupa kau ciumi mereka satu persatu.
Cintamu terlalu bermakna untuk di lukiskan dengan kata-kata sulungku.
Masih segar dalam ingatan Ummi ketika kau pulang sekolah membawa pempek dan menyerahkannya kepada Ummi.
Pempek ternikmat yang pernah Ummi cicipi karena telah engkau bumbui dengan cinta.
"Kan Ummi pingin maem pempek, biar ummi tidak usah jalan kaki panas-panas." jelasmu panjang lebar. Entah ucapan apalagibyang keluar dari bibir mungilmu, karena hanya sepotong yang Ummi dengar karena mata ummi sudah lebih dulu berembun.
Empatimu begitu tinggi Nak walau perhatian Abi dan Ummi sudah terbagi dengan adikmu.
Cintamu begitu sederhana Nak. Namun sukar di ukiskan dengan kata-kata.
Di sela-sela kesibukan belajarmu, kau azzamkan untuk menghapalkan Al-Qur'an.
"Biar bisa mempersembahkan mahkota dari cahaya untuk Abi dan Ummi dan biar Almarhum Kakung bisa tetap mendapat kiriman ayat Al-Qur'anan." Ucapmu
Entahlah Nak, rasanya ummi tidak mampu berkata-kata lagi. Air mata ini lebih dulu berbicara.
Cintamu begitu sederhana Nak. Namun di balik kesederhanaanmu tersimpan sejuta makna. Jadi pantas jika kedua adik kembarmu begitu lekat padamu, selalu mengikutimu, begitu merindukan ceritamu.
Seringkali kau bacakan mereka buku agar ummi bisa muthalaah sebelum mengisi bimbel, sehingga adikmu sangat suka buku walaupun belum bisa membaca.
Ah Nak ternyata dirimu telah menularkan virus membaca di rumah. Padahal dulu Ummi yang berazzam untuk menebarkan virus membaca, ternyata sulungku menang satu langkah.
Cintamu begitu sederhana Nak, namun begitu bermakna.
Semoga masih cukup waktu Ummi untuk membayar utang-utang Ummi padamu, permata hati dan kebanggaan Ummi.
Maafkan Ymmi yang kurang ilmu dalam mendidikmu, kita belajar bersama ya nak. Saling melengkapi, guru kecilku
Tanah Bumbu, Maret 2017
Barakallah fii umrik 14 tahun Baby bear❤️❤️❤️
Doa terbaik untukmu.
0 Komentar