Oleh Sri Purwanti, A.Md.K.L.
(Founder Rumah Baca Cahaya Ilmu)
RUANGINSPIRASIBUNDA.COM—Manusia memang dibekali dengan gharizah Baqa' (naluri mempertahankan diri) sehingga muncul perasaan ingin dikenal, diakui, dihargai, ingin menjadi sosok yang lebih dibanding dengan yang lain. Selama ini masih dalam batas wajar tentu tidak masalah karena bisa menjadi cambuk penyemangat untuk meraih cita-cita. Namun apa jadinya jika semua ini sudah melebihi batas waar, bahkan cenderung tererumus dalam narsistik?
Narsisitik merupakan gangguan kepribadian yang teradi pada diri seseorang, ditandai dengan selalu haus puian dari orang lain, merasa dirinya lebih baik, lebih dibutuhkan sehingga harus mendapatkan perhatian lebih. Orang yang mengidap narsistik sering kali bersikap egois dan minim empati, sehingga rawan bermasalah dalam kehidupan sosialnya.
Melansir dari Alodokter narsistik muncul diduga karena faktor lingkungan, keluarga (pola asuh yang terlalu memanjakan), maupun neurobiologi (hubungan antara pola pikir dan perilaku)
Orang yang mengidap narsistik cenderung gagal dalam membina relasi. Sikap egois, antikritik, merasa paling hebat, yang mendominasi akan menjadi tembok penghalang bagi keberhasilan interaksi. Mereka akan cenderung memiliki perasaan takut ditolak, tidak dihargai, bahkan rela menghalalkan cara untuk mempertahankan posisinya di puncak.
Lalu bagaimana jika narsistik ini menjangkiti seorang Muslim/Muslimah? Islam merupakan agama sempurna yang memiliki aturan dalam seluruh aspek kehidupan. Termasuk mengatur perilaku manusia dalam berinteraksi. Narsisitik yang memicu munculnya rasa sombong tentu dilarang. Karena sifat sombong ini identik dengan karakternya setan. Allah menegaskan dalam firman-Nya:” Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan anganlah beralan di bumi dengan angkuh. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri (TQS. Al-Luqman: 18)
Lalu bagaimana supaya kita terhindar dari narsisitik? Sebagai seorang Muslim yang meyakini bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara sudah selayaknya kita juga sadar bahwa semua yang kita miliki hanya titipan. Jika pemiliknya (Sang Pencipta) berkehendak untuk mengambilnya maka semua nikmat yang kita miliki akan hilang dalam sekeap. Oleh karena itu tidak selayaknya sersikap sombong.
Agra terhindar dari narsisitik kita juga bisa memperbanyak ibadah, semakin mendekatkan diri kepada Allah. Semakin dekat dengan Allah maka kita akan merasa semakin lemah dan kecil, karena tanpa rahmat dan kasih sayang-Nya kita tidak akan mampu melakukan apa-apa.
Kita juga harus menyadari bahwa semua manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah. Jadi tidak selayaknya kita merasa lebih dibandingkan yang lain hanya karena tingkat ekonomi, pendidikan, maupun jabatan.
Allah pun sangat tidak menyukai orang-orang yang sombong. Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya: “ Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.” (TQS. An-Nahl:23)
Oleh karena itu kita harus senantiasa berhati-hati supaya tidak terjebak narsistik. Senantiasa memastikan kita berada dalam circle yang baik. Karena kawan memiliki pengaruh besar dalam kehidupan seseorang.
Jika kita berkawan dengan orang baik dan saleh niscaya kita akan terbawa. Sebaliknya ika kita berkawan dengan buruk perangainya lama-lama akan terbawa. Bahkan Rasulullah Rasulullah bersabda : “Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, maka seseorang di antara kalian agar melihat siapakah yang ditemaninya.”(HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Hakim)
Allah sudah menurunkan aturan sedemikian rupa, tugas kitas sebagai hamba tinggal taat dan menerapkan dalam kehidupan. Jika kita senantiasa berpegang teguh pada apa yang Allah tetapkan niscaya kita akan teraga dari segala gangguan psikologis. Jauh dari segala sifat tercela, bahkan bisa menjadi Muslim yang berkepribadian kuat, berakhlak karimah.
Wallahu a’lam bishawab
2 Komentar
Mantap tulisanya..
BalasHapusLuar biasa...
BalasHapusSangat mencerahkan.
Terimakasih mbak Sri..