Terjun ke Sektor Pertanian untuk Mewujudkan Swasembada Pangan



Oleh. Sri Purwanti, A.Md.K.L.
(Farmer, Founder Rumah Baca Cahaya Ilmu)

Ruanginspirasibunda.com- Indonesia dan negara lain di dunia sedang dihantui terjadinya krisis pangan global. Hal ini terjadi akibat konflik, permasalahan ekonomi, maupun perubahan iklim ekstrem.

Sebagaimana dilansir dari kompas (17-1-2024), Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa ancaman krisis pangan semakin nyata dan menghantui banyak negara di dunia. Ini terjadi akibat kencangnya laju perubahan iklim seperti yang dilaporkan oleh World Meteorological Organization di akhir tahun 2022 yang lalu, berdasarkan data hasil monitoring yang dilakukan oleh Badan Meteorologi di 193 Negara dan State di seluruh dunia.

Bahkan Organisasi pangan dunia FAO, juga meramalkan tahun 2050 mendatang, dunia akan menghadapi potensi bencana kelaparan akibat perubahan iklim sebagai konsekuensi dari menurunnya hasil panen dan gagal panen.
Program Pangan Dunia atau World Food Programme (WFP) mencatat, lebih dari 333 juta orang di 78 negara menghadapi kerawanan pangan tingkat akut. Jumlah itu meningkat hampir 200 juta orang dibandingkan dengan tingkat kerawanan pangan sebelum pandemi Covid-19. Menurut WFP, krisis pangan ini disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor yang mematikan. Konflik masih menjadi penyebab kelaparan terbesar.

Hal ini tentu menjadi catatan tersendiri khususnya di negeri ini. Karena Indonesia terkenal sebagai negara yang gemah ripah loh jinawi. Tanahnya subur dan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Lalu bagaimana kita harus mempersiapkan diri dalam menghadapi krisis pangan global?

Sebagaimana kita ketahui profesi di sektor pertanian perlu regenerasi. Karena saat ini didominasi oleh golongan tua. Ini terjadi karena beberapa faktor mulai dari adanya anggapan bahwa profesi petani kurang prestis, identik dengan sesuatu yang kotor, maupun adanya persepsi bahwa sektor pertanian berhubungan dengan sesuatu yang kuno dan kurang modern.

Paradigma ini tentu harus kita ubah, sehingga proses regenerasi bisa berjalan sebagaimana mestinya. Saat ini teknologi di bidang pertanian semakin berkembang tidak kalah dengan bidang lain. Maka adanya perubahan mindset merupakan sebuah keniscayaan. 

Generasi muda khususnya generasi muda Muslim harus diajak berpikir kritis guna menghadapi tantangan dan ancaman di sektor pangan ke depan. Mereka harus dilatih untuk terjun dan mencintai sektor pertanian sebagai soko guru perekonomian suatu negara.
Bahkan dalam Islam, sektor pertanian dianggap memiliki posisi yang sangat penting. Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad saw. banyak menyinggung tentang pentingnya pertanian dan pemanfaatan sumber daya alam secara bijak. 

Islam menekankan pentingnya kemandirian. Salah satu bentuk kemandirian adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok, termasuk pangan. Dalam sejarah Islam, Rasulullah saw. dan para sahabat menunjukkan betapa pentingnya sektor pertanian dalam menunjang kehidupan umat. Pertanian tidak hanya dipandang sebagai sumber ekonomi, tetapi juga sebagai upaya untuk memperkuat ketahanan umat. Ketika umat memiliki akses langsung terhadap sumber pangan yang dihasilkan sendiri, maka mereka tidak akan mudah tergantung pada pihak luar.

Ketergantungan pada impor pangan seringkali membawa risiko besar. Krisis global, perubahan iklim, dan konflik internasional dapat mempengaruhi ketersediaan pangan yang diimpor dari negara lain. Dalam hal ini, Islam mengajarkan agar umatnya mampu berdiri di atas kaki sendiri, baik dalam aspek ekonomi, sosial, maupun pangan. Keterlibatan umat Islam dalam sektor pertanian secara langsung membantu memastikan stabilitas pangan, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh fluktuasi global.

Terjun ke Sektor Pertanian Sebagai Bentuk Ibadah


Pertanian dalam Islam juga bisa dipandang sebagai bentuk ibadah. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa seseorang yang menanam tanaman atau menabur benih, kemudian tanaman tersebut dimanfaatkan oleh manusia, hewan, atau burung, maka itu akan menjadi sedekah yang terus mengalir. Ini menunjukkan bahwa pertanian memiliki dimensi spiritual yang dalam. Dengan menanam dan bercocok tanam, umat Islam tidak hanya mendapatkan manfaat duniawi, tetapi juga pahala di akhirat.

Selain itu, pertanian sebagai sumber pangan juga terkait dengan konsep keberlanjutan. Islam menekankan keseimbangan dalam memanfaatkan sumber daya alam. Dalam konteks ini, pertanian yang dikelola dengan baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan merupakan upaya untuk menjaga alam ciptaan Allah. Dengan demikian, umat Islam yang terlibat dalam sektor pertanian sebenarnya sedang menjalankan perintah agama untuk menjaga bumi dan memakmurkannya.

 Pertanian dan Pemberdayaan Ekonomi Umat


Sektor pertanian memiliki potensi besar dalam memberdayakan ekonomi umat. Di banyak negara mayoritas Muslim, pertanian masih menjadi tulang punggung perekonomian. Namun, sayangnya, sektor ini seringkali kurang mendapat perhatian yang memadai. Padahal, dengan pengelolaan yang tepat dan inovatif, sektor pertanian dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

Dalam Islam, distribusi kekayaan yang adil merupakan salah satu prinsip utama. Ketika umat Islam terlibat aktif dalam sektor pertanian, mereka bukan hanya menghasilkan makanan, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan, menggerakkan roda ekonomi lokal, dan mengurangi ketimpangan sosial. Pertanian, terutama dalam skala kecil hingga menengah, memungkinkan partisipasi langsung masyarakat dalam produksi pangan. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam tentang pentingnya berbagi rezeki dan memberdayakan komunitas.

Swasembada Pangan dan Kedaulatan Umat


Swasembada pangan erat kaitannya dengan kedaulatan. Dalam konteks negara, kedaulatan pangan adalah kemampuan suatu negara untuk memastikan ketersediaan, akses, dan pemanfaatan pangan secara mandiri dan berkelanjutan. Bagi umat Islam, hal ini menjadi penting karena keterlibatan dalam produksi pangan adalah bagian dari upaya menjaga kedaulatan dan kehormatan umat.

Sejarah mencatat bahwa bangsa atau komunitas yang kuat dalam sektor pertanian cenderung memiliki posisi tawar yang lebih baik dalam percaturan global. Dengan terjun ke sektor pertanian, umat Islam dapat membangun kekuatan dari dalam dan mengurangi ketergantungan pada impor yang seringkali membawa dampak negatif. Selain itu, kedaulatan pangan juga penting dalam menjaga identitas budaya dan tradisi kuliner lokal yang seringkali terancam oleh produk-produk impor.

Peran Teknologi dalam Pertanian Modern


Di era digital saat ini, pertanian tidak lagi terbatas pada metode tradisional. Teknologi dan inovasi telah membawa transformasi besar dalam sektor pertanian. Konsep pertanian modern, seperti pertanian presisi, hidroponik, dan penggunaan drone untuk pemantauan lahan, memberikan peluang besar bagi umat Islam untuk terlibat dalam sektor ini. Dengan menguasai teknologi pertanian, umat Islam tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas, tetapi juga efisiensi dalam penggunaan sumber daya alam.

Di sisi lain, pemanfaatan teknologi dalam pertanian sejalan dengan prinsip Islam tentang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Islam mendorong umatnya untuk terus belajar dan mengembangkan potensi diri dalam berbagai bidang, termasuk pertanian. Dengan terlibat dalam pertanian modern, umat Islam dapat mengambil peran strategis dalam mewujudkan swasembada pangan yang berkelanjutan.

 Tantangan dan Peluang


Meski demikian, terjun ke sektor pertanian bukan tanpa tantangan. Beberapa tantangan utama yang sering dihadapi adalah akses terhadap lahan, modal, serta pengetahuan tentang teknik pertanian yang efektif. Namun, tantangan ini dapat diatasi dengan adanya kerja sama antar umat, dukungan dari lembaga keuangan syariah, dan pelatihan yang memadai. Potensi wakaf tanah yang dikelola untuk pertanian juga bisa menjadi solusi yang efektif dalam mengatasi masalah akses lahan.

Selain itu, keterlibatan lembaga pendidikan Islam dalam mengembangkan kurikulum yang relevan dengan pertanian juga penting. Pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya dapat menjadi motor penggerak dalam mencetak kader-kader muda yang paham teknologi pertanian dan memiliki visi untuk mewujudkan kedaulatan pangan.

Keterlibatan umat Islam dalam sektor pertanian memiliki banyak manfaat, baik dari segi spiritual, ekonomi, maupun sosial. Dengan mengembangkan sektor pertanian, umat Islam dapat berkontribusi secara nyata dalam mewujudkan swasembada pangan yang berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan prinsip kemandirian, keadilan, dan pemeliharaan lingkungan yang diajarkan dalam Islam. Pertanian bukan hanya tentang menghasilkan pangan, tetapi juga tentang menjaga amanah Allah dalam memelihara bumi dan memberdayakan umat untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Wallahu a'lam bishawab 

Posting Komentar

3 Komentar

  1. Anak kedua aku yg cowok bercita2 jadi petani mbak. Tentu saja kami support banget, kami yg uda tua ini menyadari banget krisis pangan yg mungkin akan terjadi kelak, jadi semoga aja kesampaian nanti

    BalasHapus
  2. Petani ini banyak memberikan kontribusi untuk bangsa juga ya mbak. Coba kalau tidak ada petani, rakyat apakah bisa mendapatkan berbagai sayuran, beras dan buah.

    BalasHapus
  3. kalau kulihat sekarang ada beberapa generasi muda yang terjun ke dunia pertanian ya kak dan bahkan bisa memanfaatkan teknologi sehingga hasil pertaniannya bagus

    BalasHapus