Oleh. Sri Purwanti, A.Md.K.L.
(Founder Rumah Baca Cahaya Ilmu)
RuangInspirasiBunda.Com--Jika ada yang bertanya jenis tulisan apa yang paling saya suka, jawabannya jatuh pada non-fiksi, terutama tema parenting. Bukan tanpa sebab yang kuat mengapa saya suka sekali dengan genre ini. Sebagai seorang ibu dan pegiat literasi sebagian besar waktu saya dihabiskan bersama anak-anak, baik di rumah maupun di tempat bimbingan belajar. Kedekatan ini bukan hanya sekadar interaksi sehari-hari, tetapi sebuah perjalanan mendalam yang membuka berbagai pintu pemahaman baru tentang dunia anak-anak yang selalu penuh dengan kejutan.
Menulis tema parenting memberikan saya ruang untuk menyelami pengalaman pribadi, belajar dari kesalahan, serta membagikan hikmah yang saya peroleh dalam mengasuh dan mendampingi anak-anak agar bisa diambil hikmahnya oleh para pembaca.
Kekuatan Non-fiksi
Sebagaimana kita ketahui non-fiksi adalah genre tulisan yang langsung berhubungan dengan realita. Ketika menulis non-fiksi, saya merasa seperti seorang pengamat sekaligus peserta dalam kehidupan nyata. Tidak ada skenario yang diciptakan atau karakter fiksi yang direka-reka. Yang ada adalah cerita dan pengalaman yang benar-benar saya alami atau saksikan. Bagi saya, inilah kekuatan non-fiksi. Bisa memberi kesempatan untuk merangkum kehidupan nyata, mengambil pelajaran dari hal-hal yang tampak biasa, namun memiliki makna mendalam.
Selain itu, non-fiksi juga menawarkan ruang refleksi. Setiap kali saya menulis tentang pengalaman bersama anak-anak, saya tidak hanya menceritakan apa yang terjadi, tetapi juga mencoba menggali lebih dalam tentang makna di balik kejadian tersebut. Apakah saya telah mengambil keputusan yang tepat sebagai orang tua sekaligus sebagai pendidik? Apa yang bisa saya pelajari dari momen-momen sulit? Refleksi ini membuat saya semakin memahami peran saya sebagai pengasuh dan pembimbing bagi anak-anak. Bukan sekadar proses transfer ilmu namun juga menanamkan karakter yang kelak akan melekat dalam kepribadian mereka.
Tema Parenting: Penuh Hikmah dan Kejutan
Sebagai seseorang yang sering berinteraksi dengan anak-anak, saya menyadari bahwa dunia mereka penuh dengan kejutan. Anak-anak memiliki cara pandang yang unik terhadap kehidupan, dan sering kali mereka memberikan perspektif baru yang tidak pernah terpikirkan oleh orang dewasa. Saya sering kali terkejut dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang sederhana tetapi mendalam, atau dengan cara mereka melihat sesuatu dari sudut pandang yang benar-benar berbeda. Hal ini akhirnya memotivasi saya untuk terus semangat belajar banyak hal. Bahkan mempelajari sesuatu yang tidak pernah terbersit dalam pikiran.
Misalnya, suatu hari ketika saya sedang mendampingi anak-anak di tempat bimbingan belajar, seorang anak bertanya, "Kenapa kita harus belajar hal-hal yang tidak kita sukai?" Pertanyaan itu tampaknya sederhana, tetapi ia memicu diskusi yang menarik tentang motivasi belajar dan bagaimana kita bisa menemukan nilai dalam sesuatu yang awalnya tidak menarik. Dari sini, saya belajar bahwa dalam mendidik, kita harus lebih fleksibel dalam pendekatan kita dan selalu terbuka untuk belajar dari anak-anak. Tentu proses ini berbeda dengan proses transfer ilmu dimana pendidik hanya memberikan materi sesuai silabus yang ada di buku, tanpa memberikan ruang kepada mereka untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan, atau mereka pikirkan.
Di sisi lain, interaksi ini juga memberi saya kesempatan untuk membagikan nilai-nilai yang saya yakini kepada mereka. Misalnya, bagaimana mereka harus mengimani keberadaan Sang Pencipta yang keberadaannya tidak bisa kita indra secara langsung. Mengapa mereka harus menjalankan apa yang Allah perintahkan tanpa tapi, mengapa mereka harus berhijab padahal usia remaja selalu identik dengan gaya kekinian. Mengapa mereka harus memahami pentingnya kesabaran, empati, bersikap jujur dan berani membela kebenaran. Saya percaya bahwa melalui pengasuhan, kita tidak hanya membantu anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang baik, tetapi juga belajar menjadi orang tua yang lebih baik.
Pembelajaran dari Pengalaman Pribadi
Sebagai orang tua dan pendidik, saya sering kali dihadapkan pada tantangan dalam memahami kebutuhan anak-anak yang berbeda-beda. Tidak ada dua anak yang sama meskipun mereka kembar, dan ini menuntut saya untuk selalu fleksibel dan siap menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka. Misalnya, ada anak yang lebih suka belajar sambil bermain, sementara yang lain lebih suka belajar dengan cara yang lebih terstruktur. Di sinilah pentingnya mengamati dan memahami karakteristik setiap anak.
Menulis tentang pengalaman-pengalaman ini memberi saya kesempatan untuk merenungkan kembali proses pengasuhan yang saya jalani. Saya menjadi lebih peka terhadap kebutuhan anak-anak dan lebih memahami pentingnya sabar serta konsistensi dalam mendampingi mereka. Pengalaman pribadi ini sering kali menjadi bahan tulisan yang menarik, karena tidak hanya bermanfaat bagi saya, tetapi juga bisa menjadi inspirasi bagi orang tua lain yang mungkin menghadapi tantangan serupa.
Menyelami Dunia Anak-anak
Salah satu alasan saya menyukai tema parenting adalah karena saya merasa dapat menyelami dunia anak-anak yang penuh warna dan kejutan. Anak-anak adalah cermin kehidupan yang jujur. Mereka tidak menyembunyikan perasaan mereka dan sering kali mengekspresikan apa yang ada di hati mereka tanpa filter. Dari mereka, saya belajar tentang kejujuran, kesederhanaan, dan kebahagiaan dalam hal-hal kecil.
Interaksi dengan anak-anak di tempat bimbingan belajar juga mengajarkan saya untuk lebih peka terhadap perkembangan emosi dan kebutuhan kognitif mereka. Setiap anak memiliki ritme belajar yang berbeda, dan tugas saya adalah menemukan cara terbaik untuk mendampingi mereka, baik dalam belajar maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dunia anak-anak adalah dunia yang penuh petualangan. Tidak ada hari yang sama ketika berinteraksi dengan mereka. Setiap hari, selalu ada hal baru yang saya pelajari.
Menulis Sebagai Sarana Berbagi
Melalui tulisan, saya merasa bisa berbagi banyak hal dengan orang lain, terutama dengan sesama orang tua. Parenting adalah perjalanan panjang yang penuh dengan tantangan, dan setiap orang tua memiliki cara mereka sendiri dalam menghadapi berbagai situasi. Dengan menulis, saya bisa membagikan pengalaman saya, baik yang menyenangkan maupun yang sulit, sehingga orang lain bisa belajar dari apa yang saya alami.
Selain itu, menulis juga menjadi sarana bagi saya untuk mengatasi tekanan dan stres yang mungkin muncul dari tanggung jawab sebagai orang tua dan pendidik. Menulis adalah cara saya untuk merenung dan menemukan solusi dari berbagai masalah yang saya hadapi. Dalam proses ini, saya tidak hanya berbagi, tetapi juga menyembuhkan diri sendiri.
Genre non-fiksi, terutama dengan tema parenting, adalah jenis tulisan yang paling saya nikmati. Setiap pengalaman bersama anak-anak, baik di rumah maupun di tempat bimbingan belajar, selalu memberikan pelajaran berharga yang layak untuk dibagikan. Melalui tulisan, saya berharap bisa memberikan inspirasi kepada orang tua lain, serta mendokumentasikan perjalanan saya sendiri dalam pengasuhan anak. Ini adalah cara saya untuk terus belajar, berbagi, dan tumbuh bersama anak-anak yang selalu menghadirkan kejutan dan kebahagiaan dalam hidup saya.
Kebersamaan dengan mereka juga yang akhirnya memberikan ide untuk mendirikan rumah baca (melanjutkan rumah baca di tanah kelahiran saya). Saya berharap rumah baca "Cahaya Ilmu".
Berawal dari kesukaan saya dengan tema parenting ini juga yang akhirnya menginpirasi saya untuk mendirikan "Nawasena Insan Mulia", sebuah yayasan yang saya harapkan bisa menjadi tempat bernaung bagi anak-anak yang haus ilmu pengetahuan namun memiliki kendala biaya. Sekoci kecil yang saya gunakan untuk berlayar, membersamai tumbuh kembang mereka, membina mereka agar menjadi generasi terbaik. Kuat akidah, cerdas dalam teknologi dan pengetahuan.
Berawal dari kecintaan terhadap genre non-fiksi (parenting) akhirnya memicu semangat saya untuk mewujudkan semua mimpi agar bisa menjadi nyata.
Wallahu a'lam bishawab
0 Komentar