Oleh. Sri Purwanti, A.Md.K.L.
(Founder Rumah Baca Cahaya Ilmu)
RuangInspirasiBunda.Com--Menulis adalah kegiatan yang penuh tantangan. Meskipun aktivitas ini sangat menyenangkan dan memicu kita untuk rajin membaca membaca sehingga informasi selalu update, namun ada kalanya rasa bosan muncul dan menghambat produktivitas. Sebenarnya ini manusiawi, karena berkutat dengan sesuatu yang rutin meskipun itu berkaitan dengan hal yang kita sukai akan mendatangkan rasa bosan. Apalagi jika tuntutan agar kita bisa menghasilkan tulisan sesuai target seolah-olah tidak mengenal waktu.
Saya pribadi sering merasakan hal seperti ini. Namun jika direnungkan lebih dalam ternyata ada beberapa faktor yang memunculkan rasa bosan saat menulis, apalagi ketika mengelola beberapa blog dengan niche yang berbeda. Faktor tersebut bisa berasal dari diri sendiri (internal) maupun faktor eksternal.
Faktor internal bisa berupa kurangnya inspirasi yang akhirnya mempengaruhi motivasi untuk menulis.
Ketika kita kehilangan ide-ide segar atau merasa terjebak dalam topik yang monoton, motivasi untuk terus menulis sering kali ikut menurun. Inspirasi yang terbatas ini bisa berasal dari kelelahan, rutinitas sehari-hari, atau minimnya sumber bacaan yang dijadikan referensi.
Kedua adanya tekanan berlebihan. Banyaknya tekanan baik dari diri sendiri maupun dari tuntutan eksternal juga bisa menjadi penyebab rasa bosan saat menulis. Kadang-kadang kita menetapkan target terlalu tinggi atau memiliki tenggat waktu yang ketat untuk membuat tulisan dengan tema tertentu. Padahal tanpa disadari hal seperti ini justru bisa memicu stres yang akhirnya malah mengurangi kreativitas dan kenikmatan dalam menulis.
Ketiga karena adanya paksaan untuk menulis topik yang tidak diminati.
Menulis tentang topik yang tidak menarik atau tidak sesuai dengan minat pribadi juga sering menjadi alasan munculnya kebosanan. Ketika kita tidak merasakan koneksi emosional dengan tema yang sedang diangkat, maka proses menulis menjadi sebuah beban. Akibatnya, motivasi pun berkurang, dan kita merasa terjebak dalam rutinitas yang membosankan.
Faktor selanjutnya adalah karena keterbatasan waktu dan kelelahan yang melanda.
Kadang-kadang, jadwal yang padat membuat kita tidak punya cukup waktu untuk menulis dengan tenang. Ketika merasa kelelahan atau memiliki waktu yang terbatas sering merasa terburu-buru, yang pada akhirnya membuat kita kehilangan antusiasme. Apalagi ketika menulis menjadi sebuah tugas yang harus segera diselesaikan, dengan tuntutan bertubi-tubi dari pemegang kebijakan maka aktivitas menulis malah seperti seperti paksaan daripada sebuah kegiatan kreatif. Hal ini akhirnya akan memunculkan rasa bosan, bahkan enggan.
Ketika perasaan bosan mulai menyapa tentu harus segera diatasi. Karena jika tidak akan membawa dampak yang luar biasa.
Rasa bosan saat menulis tidak hanya memengaruhi produktivitas, tetapi juga kualitas tulisan yang dihasilkan.
Ketika perasaan bosan menyapa, kita cenderung kehilangan semangat untuk menyempurnakan tulisan. Ini sering kali menyebabkan penurunan kualitas karya, di mana ide-ide yang dihasilkan terasa dangkal atau kurang mendalam. Kita kadang menulis sekadar mengugurkan kewajiban, tanpa memberikan perhatian yang cukup pada detail-detail penting, seperti struktur kalimat, tata bahasa, dan alur cerita. Kadang-kadang justru tulisan mentah pun langsung dikirimkan ke media, ini akan memperbesar kemungkinan tulisan kita ditolak, dampaknya kita semakin tidak bersemangat untuk menulis.
Rasa bosan yang muncul juga dapat menghambat aliran ide kreatif. Ketika kebosanan mendominasi, kita kesulitan untuk berpikir di luar kotak dan menghasilkan gagasan-gagasan baru. Akibatnya, tulisan yang dihasilkan cenderung monoton dan tidak menarik, baik bagi penulis maupun pembaca.
Kita yang merasa bosan dengan aktivitas menulis akan cenderung menunda-nunda pekerjaan. Proses menulis yang seharusnya menjadi aktivitas yang menyenangkan justru berubah menjadi sebuah beban.
Rasa bosan yang berkepanjangan dapat menyebabkan kita merasa ragu dengan kemampuan kita sendiri. Ketika proses menulis terasa membosankan dan melelahkan, kita kadang mulai meragukan apakah nanti akan benar-benar bisa menghasilkan karya atau hanya sekadar rangkaian aksara tanpa makna.
Meskipun kebosanan dalam menulis adalah hal yang wajar, namun kita harus segera mencari solusi terbaik agar mood bisa segera kembali normal. Ketika bosan menyapa, saya biasanya akan healing tipis-tipis ke kebun kemangi. Sekadar menghirup udara bercampur aroma manis, pedas khas kemangi, mengabadikan momen bunga rumput yang dihiasi embun pagi, atau membidik makhluk-makhluk kecil yang ada di kebun dengan kamera hp.
Kalau cuaca sedang kurang bersahabat saya akan menikmati waktu untuk membaca novel-novel petualangan kesukaan yang bisa membangkitkan semangat. Atau membaca kisah-kisah inspiratif dari orang-orang yang memiliki kisah luar biasa. Cara ini biasanya cukup efektif untuk menghilangkan kebosanan terhadap aktivitas menulis. Bahkan kadang-kadang banyak ide bermunculan yang akhirnya bisa dikembangkan menjadi tulisan baru.
Saya biasanya juga menyiapkan notes yang bisa dibawa kemana-mana. Sehingga ketika ada jeda waktu di sela-sela aktivitas saya bisa membuat kerangka tulisan. Aktivitas ini cukup membantu dalam kelancaran proses menulis, karena ketika alur sudah tersusun maka akan mudah melakukan pengembangan.
Biasanya saya menetapkan waktu khusus untuk menulis. Jam Cinderella (dini hari) selalu menjadi pilihan. Selesai pengantaran pesanan biasanya saya mulai aktivitas menulis atau mengedit tulisan kontributor (kontributor media online yang saya pegang). Karena waktu seperti ini pikiran masih fresh, suasana hening karena tetangga masih terlelap, sehingga proses menulis lebih lancar tanpa gangguan yang berarti.
Kita juga bisa bergabung dengan komunitas kepenulisan, agar bisa berinteraksi dengan penulis lain. Ini bisa menjadi sumber motivasi dan inspirasi yang efektif. Dalam komunitas, kita bisa berbagi pengalaman, mendapatkan umpan balik, dan menemukan ide-ide baru yang mungkin belum pernah terpikirkan sebelumnya. Selain itu, dukungan dari sesama penulis bisa membantu mengurangi rasa kesepian yang sering kali menjadi penyebab kebosanan dalam menulis.
Kita bisa memilih komunitas yang memiliki visi misi sama sehingga bisa menyatukan persepsi. Karena sejatinya kita selalu membutuhkan kehadiran orang lain dalam setiap proses yang sedang kita jalani.
Nikmati semua prosesnya, niatkan semata-mata karena Allah agar semua terasa ringan dan menyenangkan. Karena tulisan yang berkesan adalah tulisan yang prosesnya dilakukan dengan sepenuh hati.
Wallahu a'lam bishawab
0 Komentar