Oleh. Sri Purwanti, A.Md.K.L.
(Founder Rumah Baca Cahaya Ilmu)
RuangInspirasiBunda.Com--Sebagai seorang Muslim tentu kita paham bahwa dakwah merupakan sebuah kewajiban yang mulia. Caranya pun beragam, bisa dilakukan melalui lisan, seperti ceramah, ataupun diskusi. Namun, ada juga yang dilakukan melalui tulisan, baik yang dipublikasikan ke media massa maupun ke medsos.
Dakwah Lisan Lebih Interaktif
Dakwah lisan merupakan metode yang paling lazim digunakan sejak zaman Rasulullah Muhammad saw. Melalui khutbah dan ceramah, dakwah lisan memungkinkan interaksi langsung antara pengemban dakwah dengan jamaah. Dalam metode ini, seorang pengemban dakwah bisa secara langsung menyampaikan pesan, memperhatikan reaksi audiens, serta merespons pertanyaan atau tanggapan secara spontan.
Salah satu kelebihan dari dakwah lisan adalah kemampuannya menciptakan koneksi emosional yang lebih intens. Pengemban dakwah bisa menggunakan intonasi suara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh untuk memperkuat pesan yang disampaikan. Dengan adanya interaksi dua arah, proses dakwah lisan juga memungkinkan diskusi yang mendalam dan pemahaman yang lebih jelas bagi jamaah. Bahkan, kekuatan retorika seorang aktivis dakwah dapat membangkitkan semangat atau kesadaran yang mendalam dalam diri pendengarnya.
Namun, meskipun dakwah lisan sangat efektif dalam banyak hal, ia memiliki keterbatasan. Salah satunya adalah jangkauan audiens yang terbatas pada tempat dan waktu tertentu. Tidak semua orang bisa menghadiri ceramah atau mendengar kutbah, dan pesan dakwah lisan sering kali hanya diterima oleh mereka yang hadir di majelis. Di sisi lain ada juga tipe orang yang kesulitan berbicara di dalam forum, sehingga memerlukan uslub lain agar tetap bisa menunaikan kewajiban dalam berdakwah. Di sinilah pentingnya peran dakwah melalui tulisan
Dakwah Lewat Tulisan: Pesan yang Bertahan dan Meluas
Dakwah lewat tulisan merupakan bentuk dakwah yang tidak kalah penting. Lewat tulisan, pesan dakwah dapat diabadikan dalam bentuk yang dapat diakses kapan saja dan oleh siapa saja, tanpa batasan ruang dan waktu. Tulisan, baik dalam bentuk buku, artikel, blog, ataupun posting di media sosial, dapat menyebar ke seluruh dunia hanya dengan beberapa klik. Dakwah lewat tulisan ini menawarkan akses yang jauh lebih luas dibandingkan dakwah lisan yang hanya dapat dinikmati secara langsung.
Salah satu keunggulan dakwah tulisan adalah sifatnya yang abadi. Sebuah tulisan bisa terus dibaca dan memengaruhi generasi yang berbeda meskipun penulisnya sudah tiada. Sebagai contoh, karya-karya besar dari ulama seperti Imam Ghazali, Ibn Taimiyyah, atau bahkan tulisan dari ulama kontemporer, tetap memberikan manfaat hingga saat ini. Tulisan-tulisan mereka melintasi waktu, memberikan inspirasi dan pengetahuan kepada umat Islam di berbagai belahan dunia.
Selain itu, dakwah tulisan juga memberikan kesempatan bagi pembaca untuk merenungkan dan mempelajari pesan yang disampaikan. Berbeda dengan dakwah lisan yang mungkin berlalu begitu saja, tulisan dapat dibaca ulang, diteliti lebih dalam, dan dijadikan referensi kapan saja. Dalam tulisan, seorang pengemban dakwah juga memiliki lebih banyak waktu untuk merumuskan dan menyampaikan ide-ide secara lebih terstruktur, sehingga pesan yang disampaikan lebih mendalam dan terperinci.
Namun, sama seperti dakwah lisan, dakwah lewat tulisan juga memiliki tantangan tersendiri. Tidak semua orang memiliki kemampuan menulis yang baik atau memiliki akses kepada platform yang tepat untuk menyebarkan tulisannya. Selain itu, pemahaman pembaca terhadap sebuah tulisan bisa bervariasi, tergantung pada latar belakang dan pemahaman mereka.
Sinergi Dakwah Lisan dan Tulisan
Dalam konteks menebarkan kebaikan, tidak ada metode yang superior di antara dakwah lisan maupun dakwah tulisan. Keduanya memiliki keunggulan dan peran masing-masing yang saling melengkapi. Seorang pengemban dakwah yang baik akan memahami pentingnya menggunakan kedua metode ini secara seimbang untuk menyampaikan pesan Islam secara efektif.
Untuk mencapai keseimbangan ini, seorang kita dituntut untuk memiliki kemampuan menilai situasi dan audiens yang kita hadapi. Misalnya, ketika menghadapi orang yang baru mengenal Islam, dakwah lisan mungkin lebih efektif karena memungkinkan interaksi langsung. Namun, untuk memperluas jangkauan dakwah dan menargetkan audiens yang lebih luas, dakwah tulisan menjadi pilihan yang lebih tepat.
Era digital saat ini memberikan banyak peluang untuk menyeimbangkan kedua metode dakwah ini. Melalui media sosial dan platform digital lainnya, dakwah lisan dan tulisan bisa dipadukan. Materi kajian yang disampaikan secara lisan bisa direkam dan diunggah ke internet, di mana video tersebut bisa ditonton kapan saja. Selain itu, dengan kecanggihan aplikasi editing materi yang disampaikan secara lisan bisa juga didukung dengan tulisan, misalnya dalam bentuk transkrip.
Ulama terdahulu banyak memberikan contoh bagaimana cara menyeimbangkan dakwah lisan dengan tulisan.
Banyak dari mereka yang bukan hanya piawai dalam berdakwah lewat lisan, tetapi juga meninggalkan karya-karya tulis yang sangat berharga. Misalnya, Imam Nawawi, yang selain berdakwah lewat lisan, juga menulis banyak kitab yang hingga saat ini menjadi rujukan bagi umat Islam di seluruh dunia. Contoh lainnya adalah Buya Hamka, yang dikenal sebagai pendakwah lisan dan penulis produktif. Buku-buku karangannya, seperti "Tafsir Al-Azhar", menjadi salah satu sumbangan besar bagi dakwah Islam di Indonesia.
Memanfaatkan Teknologi untuk Dakwah
Di era teknologi ini, umat Islam memiliki kesempatan besar untuk memperluas dakwah mereka melalui berbagai media. Teknologi memungkinkan dakwah lisan dan tulisan untuk dipadukan dengan cara yang lebih inovatif. Seorang pengemban dakwah bisa memanfaatkan video, podcast, artikel online, dan media sosial untuk menyampaikan pesan Islam. Video tausiyah bisa disertai dengan catatan tertulis, atau artikel dakwah bisa disebarluaskan lewat platform media sosial untuk menjangkau lebih banyak orang.
Platform-platform seperti YouTube, Instagram, Twitter, dan blog pribadi bisa menjadi sarana yang sangat efektif untuk menyebarkan pesan dakwah. Konten dakwah yang dipadukan antara lisan dan tulisan bisa menarik berbagai jenis audiens, mulai dari mereka yang lebih suka mendengarkan hingga yang lebih suka membaca. Ini membuat pesan dakwah lebih inklusif dan mudah diakses oleh berbagai kalangan.
Kita harus bersyukur karena kemajuan teknologi yang pesat memungkinkan kita untuk menyeimbangkan dakwah lisan dan tulisan. Dengan menggabungkan dua metode ini, seorang pengemban dakwah bisa menyebarkan pesan Islam lebih luas dan lebih efektif, memastikan bahwa dakwah mencapai seluruh lapisan masyarakat. Harapannya banyak lapisan masyarakat yang terwarnai dengan keindahan ajaran Islam.
Wallahu a'lam bishawab
0 Komentar